in

Mendaki “Mulut Tuhan” di Gunung Bawakaraeng

Exploregunung.com – Ingin mencoba mendaki ‘mulut tuhan’? Maka kamu bisa melakukannya di kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan tepatnya di gunung Bawakaraeng. Mengapa ‘mulut tuhan’? Jawabannya karena Bawakaraeng memiliki arti ‘mulut tuhan’. Gunung Bawakaraeng disebut-sebut sebagai gunung dengan puncak terdingin di Sulawesi. Beberapa pendaki dilaporkan harus kehilangan nyawanya karena mengalami hipotermia ketika berada di puncak gunung.

Gunung ini juga merupakan gunung sakral dimana keberadaannya sering dikaitkan dengan berbagai keyakinan tertentu, namun memang faktanya di tiap gunung selalu terdapat cerita-cerita mistis didalamnya.

Dan aktivitas spiritual paling aneh di gunung ini adalah adanya kegiatan haji yang dilakukan di areal puncak gunung. Masyarakat Sulawesi Selatan menganggap bahwa gunung ini merupakan tempat berkumpulnya pada wali.

Gunung Bawakaraeng memiliki destinasi wisata yang sangat populer di Sulawesi Selatan yaitu lereng Malino. Objek wisata Malino ini juga disebut dengan sebutan kota bunga, dan terdapat pemandangan alam luar biasa di Lereng Malino tersebut.

Terdapat berbagai spot-spot wisata di Malino seperti Lembah Biru, Air Terjun Takapala, Air Terjun Seribu Tangga dan lain-lain. Sebelum mendaki gunung Bawakaraeng, kamu bisa melakukan perjalanan wisata di Malino ini.

Puncak Gunung Bawakaraeng. (iptek-art.blogspot.com)
Puncak Gunung Bawakaraeng. (iptek-art.blogspot.com)

Keberadaan gunung ini menjadi sangat vital karena merupakan sumber penyimpanan mata air bagi seluruh daerah di kabupaten Gowa. Kondisi cuaca di gunung Bawakaraeng sangat sulit untuk diprediksi, biasanya hujan sering turun dengan tiba-tiba.

Suhu udara di gunung Bawakaraeng ini berkisar dari 50C hingga 260C, dan biasanya sering berkabut dan menghalangi pandangan pendaki. Gunung Bawakaraeng memiliki ketinggian 2,705 meter diatas permukaan laut.

Gunung ini sering dijadikan destinasi pendakian, meskipun kondisi cuacanya yang sangat dingin dan kesan mistisnya yang masih sangat kental. Gunung ini juga memiliki jalur pendakian untuk mencapai puncaknya.

Biasanya pendaki memilih Dusun Lembanna sebagai starting point, karena daerahnya yang sangat strategis. Dusun Lembanna merupakan daerah dimana masyarakatnya sangat ramah, dan biasanya mereka bercocok tanam dan melakukan kegiatan khas pegunungan lainnya.

Baca juga : 13 Gunung di jawa timur bisa jadi referensi kamu

Yang perlu kamu ketahui, bahwa di Desa Lembanna ini tidak terdapat warung nasi, jadi pastikan perbekalan dipersiapkan saat berada di kota terdekat. Setelah itu pendaki akan memasuki kawasan gunung ditandai dengan pintu utama bertuliskan ‘Selamat Datang di Gunung Bawakaraeng’. Selama awal perjalanan pendakian, pendaki akan menemukan rimbunnya pohon pinus dan juga trek tanah basah. Sepanjang jalur pendakian, pendaki akan menemukan patok triangulasi yang berisikan titik koordinat dan elevasi.

Pada jalur pendakian di lembah Ramma dan Bawakaraeng pendaki tidak akan terlalu disuguhi banyak pemandangan luas karena tertutup oleh pepohonan. Di jalur pendakian ini terdapat beberapa sumber air, dimana pendaki bisa mendirikan tenda untuk beristirahat sebentar. Jarak antara masing-masing pos tidak terlalu jauh, dan trek pendakian ini memiliki triangulasi disetiap posnya. Disebut-sebut bahwa pos 4 gunung Bawakaraeng merupakan yang terangker karena terdapat makam di daerah tersebut, namun pendaki bisa melanjutkan perjalan tanpa mendirikan tenda di pos ini.

Daya pikat Gunung Bawakaraeng ternyata tak berhenti hanya sampai di Lembah Ramma saja. Masih ada serpihan surga yang disimpannya. via ardiyanta.com
Daya pikat Gunung Bawakaraeng ternyata tak berhenti hanya sampai di Lembah Ramma saja. Masih ada serpihan surga yang disimpannya. via ardiyanta.com

Jalur pendakian menuju puncak Bawakaraeng merupakan kombinasi dari jalan terjal dan landai. Pepohonan besar merupakan hal yang akan terus ditemui selama perjalan mencapai puncak. Tepat di pos 5 gunung Bawakaraeng, para pendaki biasanya menggunakan area di pos 5 untuk melihat pemandangan sunset. Tepat di pos 7 yaitu di ketinggian 2533 mdpl, pendaki dihadapkan para jalur yang agak aneh karena harus turun sedikit ketinggian 2417 mdpl, untuk kemudian melanjutkan perjalan ke puncak.

Pernah terjadi tragedi besar pada tanggal 26 Maret 2004 yang lalu, yaitu adanya longsor yang menewaskan 30 orang. Longsoran tersebut terjadi di pos 7 gunung Bawakaraeng, dan disebut-sebut sebagai longsor terbesar di dunia dengan volume longsoran sekitar 250-300 juta m3. Setelah sekitar 4 hari perjalanan, pendaki bisa mencapai puncak gunung Bawakaraeng. Pendaki bisa beristirahat sebentar di puncak gunung dan mengabadikan momen-momen spesial tersebut dengan anggota tim lainnya. Pendaki bisa langsung menuruni puncak gunung Bawakareng, karena kondisi cuacanya bisa berubah tiba-tiba menjadi sangat dingin. Bagi pendaki yang sudah mencapai dasar gunung bisa menginap di Dusun Lembanna dan melakukan liburan di tempat wisata Malino.

Inilah Mitos dan Fakta Ekoturisme

Membuat Sebuah Karya Fotografi Keren Dari Dalam Tenda